Dhea
Minggu, 2 oktober 2016. Diluar turun hujan rintik-rintik.
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat menempuh
hidup baru kepada Alghifari dan Dhea. Senang rasanya bisa melihat teman sendiri
senang. Saya tidak tahu betapa senangnya mereka berdua, sampai bisa
menginspirasi saya untuk menulis. Hehe
Bingung mau mulai darimana. Tapi menceritakan Dhea akan
sangat menarik.
Dhea adalah salah satu teman saya di SMA. Saya mengenal
dia sejak kelas 10. Pertama kali dipertemukan itu adalah ketika musim
menongkrong mencari WiFi sekolah. Saat itu datanglah seorang perempuan bernama
Salma. Salma diketahui sebagai anak 10-1 yang cerdas namun tidak cerdas
mengurus berat badan. Ini jujur sekali. Dia datang bersama Irena (kalau tidak
salah), mereka membutuhkan seseorang untuk bermain drama yang akan dilombakan
di salah satu Universitas Negeri di Bandung. Terpilihlah saya untuk bermain
drama tersebut alasannya saya punya kemampuan dibidang bahasa inggris. Saya
terima dengan senang hati tawaran tersebut.
Pada saat berlatih drama itulah saya mulai mengenal
beberapa orang yang ahli juga dalam bahasa inggris dan drama, termasuk Dhea.
Kedekatan para pemain bukan hanya saat berlatih saja, namun diluar latihanpun
tetap berkomunikasi.
Semakin lama, semakin kenal perempuan bernama Dhea. Dia
bukan cuma pandai dalam berbahasa inggris. Dia pandai juga dalam bidang
matematika. Matematika adalah pelajaran yang saya tidak suka sejak SMP karena
gurunya (eh).
Kala itu, Dhea adalah tipikal orang yang sangat pendiam.
Namun berubah saat beberapa hari bergaul dengan kami, para pemain drama. Dia
mulai terlihat kegilaannya. Kami yang selalu berpotret ria selalu diikuti oleh
perempuan yang bertempat tinggal di Cianjur saat itu. Rasanya menyenangkan
sekali saat-saat itu.
Setelah perlombaan drama selesai, pertemanan kami tidak
ikut selesai. Kami menjadi lebih dekat, sedekat keluarga. Keluarga. Ya,
keluarga.
Setelah naik ke kelas 11, takdir harus mempertemukan
beberapa pemain drama itu pada satu kelas. Dhea akhirnya jadi teman sekelas
saya. Singkat cerita, akhir tahun pun tiba. Saya memiliki waktu untuk dibagi
bersama tim senam untuk nilai akhir mata pelajaran olahraga. Yes, Dhea was in
our team. Semakin dekat dengan Dhea, rasanya semakin saya mengetahui Dhea.
Meski terbatas.
Sayapun bersama dengan Dhea dikelas 12 yang sama. Dhea
merupakan salah satu anak terbaik saat dikelas 12 kala itu. Kalau tidak salah,
kami berebut ranking? Saya lupa persisnya. Pernah sekali waktu dia menceritakan
masalah percintaannya kepada saya, namun saya tidak bisa membantu banyak. Waktu
itu kira-kira setelah UN dan sebelum wisuda. Kelas 12 pun berlalu. Kami
mengakhirinya dengan tawa ceria, sedih sedan, gelisah, dan lain sebagainya.
Karena setelah ini, kami tahu kami akan menjalani hidup masing-masing. Tidak
ada lagi sekolah.
Sejak awal bertemu, Dhea adalah salah satu teman terbaik
yang saya miliki. Menurut saya, dia cerdas, dewasa, dan tidak diragukan jika
masa mudanya ia siap menikah. Dhea itu orang yang sangat pantas untuk dijadikan
sahabat. Semoga dia memiliki kehidupan yang bahagia. Sekali lagi, saya
mengucapkan selamat kepada Dhea yang sudah dinikahi oleh Alghifari, orang yang
ia temui jauh diperantauan. Maaf, saya hanya bisa menyampaikan perasaan melalui
kata-kata. Saya kira kata-kata saya cukup layak untuk dibaca. Terimakasih Dhea
atas waktumu selama di SMA, maaf apabila sering merepotkanmu, membuatmu marah
atau terganggu. You are one of my bestfriend! Untuk Alghifari, tolong jaga
salah satu teman saya itu.
Ini adalah foto yang diambil saat senggang dalam latihan
drama
Ini adalah foto saat kami wisuda :)
Ini foto siang tadi, dipernikahan Dhea
Dhea, bukankah hari kemarin kamu
menginginkan kenang-kenangan dariku? Maaf hanya tulisan ini yang bisa ku
berikan dan 3 buah foto yang akan mengingatkan kenangan lama. Sempatkanlah
dirimu untuk bertemu dengan sahabat-sahabatmu kalau kamu tidak sibuk. Tetaplah
menjadi Dhea yang sama. Karena sahabatmu mencintaimu apa adanya.
Ps: Ini bukti kami bukan apa-apa. Hanya
sahabat. Sahabat sepanjang masa.
Comments
Post a Comment